اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


15 Jan 2010

Kaligrafer Perempuan

Seniman Kaligrafi Terakhir
(La Nuit des Calligraphes)

Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri
yang “tradisional” menjadi negeri yang “modern”—untuk itulah seluruh tradisi
dihancurkan hingga ke akar-akarnya—agar bisa dipandang benar-benar modern.

Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin.

Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulaidiremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua lainnya—yang berasal dari warisan penguasa lama: sultan—mereka dipecat, dan sekolah-sekolah mereka ditelantarkan.

Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern.

Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham yang berasal dari kisah nyata.

Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang merupakan terjemah-an buku “La Nuit des Calligraphes” karya Yasmine Gatha. Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan
Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman).

Narasumber
Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008)
Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki)

Tentang Yasmine Gatha

Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek –moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara, kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre ndan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda seni, tekstil dan kaligrafi.

Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000.
Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit des Calligraphes.

La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte (Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan Prix des Lecteurs d’Herblay 2005. Bukunya yang kedua adalah “Le Tar de Mon Père” (2007), kisah dengan latar belakang Iran.

Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999.

0 comments:

Posting Komentar