Idealnya kita akan eksis dengan yang kita tekuni walau tanpa motivasi
eksternal apapun. Tapi aku sangat mengakui, jika eksistensiku dalam
kaligrafi beberapa tahun ini tak lain berangkat dari motivasi musabaqah.
Keikutsertaanku di MTQ Provinsi Jatim ke 23 di jember bulan juli tahun
2009 mewakili kabupaten Malang aku anggap sebagai event terakhir meski
sebenarnya aku tidak berharap demikian. Hanya saja dua tahun mendatang
mungkin aku sudah tidak di Malang lagi, dan posisi sebagai kafilah
kabupaten malang di golongan hiasan mushaf harus aku berikan kepada
orang lain. Namun perkenalanku dengan kawan kaligrafer Indonesia yang
sedang studi di timur tengah pada pertengahan tahun 2009 kemarin,
sedikit mampu merubah pandanganku itu.
Kompetisi kaligrafi International di Istanbul Turki yang diadakan oleh IRCICA selama tiga tahun sekali, pada kesempatan kali ini dilaksanakan pada tahun 2010. Pembina kaligrafiku yang 3 tahun lalu juga mempersiapkan karya untuk musabaqah serupa, urung mengirimkan karya karena berbagai kendala. Kini beliau ingin mencoba untuk mengikuti kembali. Kami murid-murid beliau juga disarankan untuk mengikut kompetisi tersebut, tapi karena sadar diri bahwa kemampuan kami masih sangat jauh untuk berpartisipasi dalam event massive seperti ini, kami pun urung mengiyakan saran beliau, terutama aku.
Setelah selesai mengikuti MTQ Jatim di Jember, kawan kaligrafer tadi menyarankan saya untuk mengikut kompetisi internasional tersebut. Ketika itu saya ditanya aku bisa khat apa, aku jawab bahwa aku tidak bisa apa2, tapi yang pernah aku pelajari hanya khat naskhi, itupun aku tak kunjung menguasai. Kemudian dia menawarkan agar aku ikut khat maghribi saja. Beliau bilang bahwa khat maghribi tergolong mudah, dan bisa dipelajari mulai dari sekarang (waktu itu). setelah mencoba berkelit, akhirnya aku luluh juga untuk setuju mengikuti kompetisi dengan dasar bahwa aku berniat belajar dan semoga bernilai ibadah, adapun nanti jadi mengikuti kompetisi atau tidak itu nomor sekian. Alhamdulillah… setelah mendapat kurrosah maghribi dan beberapa petunjuk penulisan maghribi, aku mulai berlatih, dan pada tanggal 10 September 2009 (bulan ramadhan) aku mengirim dars untuk pertama kali. Awalnya aku mengira dars akan ditashih oleh kawan kaligraferku itu, tapi ternyata beliau menunjukkan kepada ustadz yang mengajar kaligrafi di Markaz khat yang beliau ikuti. Malu sih, tapi excited juga karena gak nyangka bisa mendapatkan kesempatan ditahshih tulisan oleh master kaligrafi, yaitu ustadz Belaid Hamidi (yah). Sejak dars pertama itu, akhirnya proses belajar maghribi secara online berjalan dengan lancar. Hampir setiap hari aku rajin menulis, di rumah (kos) atau di kantor UKM SR, selesai shalat shubuh, ketika menanti buka puasa, bahkan ketika rapatpun aku menulis maghribi , bahkan aku lupa bahwa aku belajar maghribi ini punya motivasi kompetisi internasional.
Sekitar akhir desember 2009 aku berhasil menyelesaikan kurrosah maghribi. Itu artinya, aku sudah harus menyiapakan nash musabaqah untuk dikirimkan pada bulan februari 2010. Karena keadaan akademik yang waktu itu (akhir desember) sedang UAS (Ujian Akhir Semester) dan setelah itu ada jadwal seminar proposal pada pertengahan januari, menjadikan konsentrasiku terpecah. Sebenarnya tidak betul2 terpecah, karena membagi waktu antara menulis dan mengerjakan tugas2 diluar ternyata bisa aku taklukkan. Nyaris tidak menganggu satu sama lain. (well done)
Pada bulan januari aku memang jarang terlihat menulis maghribi, bukan karena tugas2 akademik itu, akan tetapi karena dars terakhir yang aku kirimkan ke ustadz selama lebih dari dua minggu tidak dikirim balik ke email. Latihan pun jadi tidak semangat, padahal aku bisa memanfaatkan waktu itu dengan latihan menulis nash maghribi agar lebih mengenal kalimat2nya. Akhirnya aku deadlinekan bahwa persiapan nash maghribi akan aku intensifkan kembali pada waktu liburan (sekitar akhir januari).
Tanggal 19 januari 2010 aku sudah dikampung halaman. Peralatan yang akan aku gunakan untuk latihan dan mengerjakan karya sudah aku ada di tas laptop yang usang (halah,,,). Hari berganti hari tak kunjung aku latihan menulis lagi. Terbebani juga difikiran bahwa kemungkinan bisa mengirimkan karya ke Turki sepertinya hanya sebatas angan2. Secara di rumah waktu itu sedang persiapan hajatan keluarga, aku tak mungkin ngrecoki abah ‘minta uang’ untuk mengirimkan karya ke luar negeri. Selain itu waktu juga yang semakin mepet. Deadline pengumpulan karya hanya sampai akhir februari, itu artinya aku hanya punya waktu sekitar dua minggu agar karya bisa sampai tepat waktu, padahal di rumah juga bakal repot persiapan hajatan. Masalah financial belum terselaikan, masalah persiapan yang masih nol ikut terbayang, dan juga beberapa keperluan pembuatan karya seperti kertas blm aku sentuh sama sekali…. Ya Allah…. Aku stressssssssssssssssssss…..
Bismillah, I Can Do it,
Kompetisi kaligrafi International di Istanbul Turki yang diadakan oleh IRCICA selama tiga tahun sekali, pada kesempatan kali ini dilaksanakan pada tahun 2010. Pembina kaligrafiku yang 3 tahun lalu juga mempersiapkan karya untuk musabaqah serupa, urung mengirimkan karya karena berbagai kendala. Kini beliau ingin mencoba untuk mengikuti kembali. Kami murid-murid beliau juga disarankan untuk mengikut kompetisi tersebut, tapi karena sadar diri bahwa kemampuan kami masih sangat jauh untuk berpartisipasi dalam event massive seperti ini, kami pun urung mengiyakan saran beliau, terutama aku.
Setelah selesai mengikuti MTQ Jatim di Jember, kawan kaligrafer tadi menyarankan saya untuk mengikut kompetisi internasional tersebut. Ketika itu saya ditanya aku bisa khat apa, aku jawab bahwa aku tidak bisa apa2, tapi yang pernah aku pelajari hanya khat naskhi, itupun aku tak kunjung menguasai. Kemudian dia menawarkan agar aku ikut khat maghribi saja. Beliau bilang bahwa khat maghribi tergolong mudah, dan bisa dipelajari mulai dari sekarang (waktu itu). setelah mencoba berkelit, akhirnya aku luluh juga untuk setuju mengikuti kompetisi dengan dasar bahwa aku berniat belajar dan semoga bernilai ibadah, adapun nanti jadi mengikuti kompetisi atau tidak itu nomor sekian. Alhamdulillah… setelah mendapat kurrosah maghribi dan beberapa petunjuk penulisan maghribi, aku mulai berlatih, dan pada tanggal 10 September 2009 (bulan ramadhan) aku mengirim dars untuk pertama kali. Awalnya aku mengira dars akan ditashih oleh kawan kaligraferku itu, tapi ternyata beliau menunjukkan kepada ustadz yang mengajar kaligrafi di Markaz khat yang beliau ikuti. Malu sih, tapi excited juga karena gak nyangka bisa mendapatkan kesempatan ditahshih tulisan oleh master kaligrafi, yaitu ustadz Belaid Hamidi (yah). Sejak dars pertama itu, akhirnya proses belajar maghribi secara online berjalan dengan lancar. Hampir setiap hari aku rajin menulis, di rumah (kos) atau di kantor UKM SR, selesai shalat shubuh, ketika menanti buka puasa, bahkan ketika rapatpun aku menulis maghribi , bahkan aku lupa bahwa aku belajar maghribi ini punya motivasi kompetisi internasional.
Sekitar akhir desember 2009 aku berhasil menyelesaikan kurrosah maghribi. Itu artinya, aku sudah harus menyiapakan nash musabaqah untuk dikirimkan pada bulan februari 2010. Karena keadaan akademik yang waktu itu (akhir desember) sedang UAS (Ujian Akhir Semester) dan setelah itu ada jadwal seminar proposal pada pertengahan januari, menjadikan konsentrasiku terpecah. Sebenarnya tidak betul2 terpecah, karena membagi waktu antara menulis dan mengerjakan tugas2 diluar ternyata bisa aku taklukkan. Nyaris tidak menganggu satu sama lain. (well done)
Pada bulan januari aku memang jarang terlihat menulis maghribi, bukan karena tugas2 akademik itu, akan tetapi karena dars terakhir yang aku kirimkan ke ustadz selama lebih dari dua minggu tidak dikirim balik ke email. Latihan pun jadi tidak semangat, padahal aku bisa memanfaatkan waktu itu dengan latihan menulis nash maghribi agar lebih mengenal kalimat2nya. Akhirnya aku deadlinekan bahwa persiapan nash maghribi akan aku intensifkan kembali pada waktu liburan (sekitar akhir januari).
Tanggal 19 januari 2010 aku sudah dikampung halaman. Peralatan yang akan aku gunakan untuk latihan dan mengerjakan karya sudah aku ada di tas laptop yang usang (halah,,,). Hari berganti hari tak kunjung aku latihan menulis lagi. Terbebani juga difikiran bahwa kemungkinan bisa mengirimkan karya ke Turki sepertinya hanya sebatas angan2. Secara di rumah waktu itu sedang persiapan hajatan keluarga, aku tak mungkin ngrecoki abah ‘minta uang’ untuk mengirimkan karya ke luar negeri. Selain itu waktu juga yang semakin mepet. Deadline pengumpulan karya hanya sampai akhir februari, itu artinya aku hanya punya waktu sekitar dua minggu agar karya bisa sampai tepat waktu, padahal di rumah juga bakal repot persiapan hajatan. Masalah financial belum terselaikan, masalah persiapan yang masih nol ikut terbayang, dan juga beberapa keperluan pembuatan karya seperti kertas blm aku sentuh sama sekali…. Ya Allah…. Aku stressssssssssssssssssss…..
Bismillah, I Can Do it,
0 comments:
Posting Komentar