Keenam, selesai dengan pencarian kertas, perjuanganku belum berhenti
begitu saja. Aku harus membuat kertas kinstrik ini berubah warna menjadi
coklat dengan cara dicelupkan ke dalam cairan teh kental. Belum dapat
gambaran sama sekali bagaimana aku harus buat, tapi dengan petunjuk dari
kawan dan tekad bulat untuk menumpas segala rintangan, akupun memulai
ritual pembuatan kertas. Peralatan tidak memadai, aku tidak menemukan
tempat yang besar untuk tempat pencelupan kertas. Tambah stress aja ni
pikiran… L . nah, dibelakang rumah ada kolam renang plastic punya
keponakan, kemarin habis dipakai jadi msih tergeletak dan belum
disimpan. Aku punya ide memanfaatkan kolam renang plastic itu untuk jadi
fasilitas ritual. pada bagian ini sebenarnya menarik untuk diceritakan, tapi karena
prosesnya sulit, aku ikut kesulitan membahasakannya dalam sebuah cerita. 4-5 kertas dah tercelup, ada yang sobek, ada yang bagian tengah
kertasnya melembung, ada yang warnanya g rata, ada yang kotor, dan hanya
ada satu yang terlihat sempurna… wuih… “kamu satu-satunya harapanku”.
ketujuh… waktu itu hari minggu ketika aku selesai dengan ritual
kertas. Sesuai target aku harus menyelesaikan karya hari itu juga agar
karya bisa aku kirimkan hari senin besok. Tapi kondisi dah g
memungkinkan. Membuat karya seharusnya membutuhkan stamina yang prima
(halah…). lagipula tashih terakhir juga baru selesai hari minggu itu. Rukshah
satu hari tidak apa2 lah, semoga hari selasa benar2 bisa dikirim.
Sampai pada penghujung perjuangan, saatnya menumpahkan segenap tenaga
dan fikiran untuk memaksimalkan pekerjaan. Kupersiapkan peralatan
perang dengan lengkap. Dan aku memilih pojok kamar kakakku sebagai medan
pertempuran (hahaha….). eit… ada yang belum lengkap, aku butuh sesuatu
yang sifatnya juga penting. Sesuatu seperti meja yang permukaannya
terbuat dari kaca, dan dibawah kaca itu bisa diletakkan lampu untun
penerangan. Mau beli meja baru, jelas tidak mungkin. Aku pergi ke toko
depan rumah, iseng2 tanya kira2 ada g ya kaca bening yang nganggur dan
bisa aku pinjam. Subhanallah, Ibu penjualnya bilang, di etalase toko ada
kaca yang retak, sehingga diatasnya ditumpuki dengan kaca baru, beliau
bilang kaca itu bisa saya pinjam. Wah…. Senangnya hatiku, masalah kaca
selesai. Sekarang benda apa yang akan menjadi penyangga kaca ini agar
berfungsi seperti meja, dan dibawahnya bisa diberi lampu??????????
Tuing… aku lihat keranjang baju dibawah tempat tidur kakakku, keranjang
persegi panjang yang tingginya pas dibuat untuk nulis, insyaAllah
menjawab pertanyaanku. Yup… Jadilah meja kaca. Pertanyaan terakhir,
adakah lampu yang sangat terang untuk aku letakkan di bawah kaca???,
Tuing… dibelakang rumah kakakku ada lampu duduk dengan 3 neon, setelah
sy coba ternyata tidak rusak. Dan…. Meja pun sempurna…. (good job)
Bismillah, pembuatan karya sekitar jam 8 pagi baru bisa dimulai.
Perasaan ini seperti sedang berada di tempat MTQ sungguhan aja,
tanganpun jadi agak gemeteran karena gugup, hehe…, berjalan beberapa
menit, proses pembuatan karya berjalan sesuai harapan, tapi tidak lama
kemudian, pet… lampunya mati, hiks…hiks… ternyata daya charg-nya habis…
hua…hua… aku dah g punya waktu banyak. Harapan satu2nya menggunakan
lampu duduk kecil yang biasa aku pake latihan setiap malam, memang tidak
terlalu terang, tapi lumayan daripada g sama sekali. Gitu deh…. Waktu
nulis ada beberapa kecelakaan kecil, tapi life must go on… aku harus
tetap melanjutkan karya ini apapun keadaannya, tawakkaltu ‘alallah… J.
Alhamdulillah, sekitar jam 4 sore selesai sudah karya maghribiku,
selesai dalam waktu 8 jam berarti sama dengan durasi waktu pembuatan
karya mushaf pada MTQ. Huff… rasanya remek juga ni badan, tapi sekali
lagi Alhamdulillah… akhirnya selesai… bebanku telah berkurang… stressku
hilang… senyumku mengembang….
Selasa 9 februari 2010. Deadline pengiriman karya. Setelah konsultasi
dengan abah, kami bagi tugas. Sementara abah membeli triplek ukuran
paling tipis, aku dirumah menyiapkan karya dan alamat sekretariat yang
dituju. Sampai dirumah, ternyata abah tidak bawa triplek tapi bawa
kertas karton ukuran yang paling tebel, bawa cuma satu itupun
sebagiannya dimakan rayap L. Lalu giliranku untuk pergi cari kertas
karton serupa tapi yang lebih baik. Setelah muter di Ngawi ternyata
sudah tidak ada yang jual karton setebal yang abah beli tadi, akhirya
aku beli yang ukuran yang lebih tipis. Ya udahlah g pa2, daripada
kertas manila, kan lebih tpis lagi tu (pikirku). Sesampai di rumah, abah
sama kakak ipar sedang ngobrol didepan rumah, dan mas ipar bilang, kalo
mau kirim ya dimasukkan ke pipa saja. Bisa ditebak, topic yang baru
saja beliau2 bicarakan adalah tentang kesibukanku pagi itu. Agak kesel
juga sih, kenapa tidak dari tadi ada masukan kaya gitu, jadi tidak perlu
cari karton tebel dimakan rayap lagi. setelah mencoba ukuran yg pas, abah pun meluncur ke toko bangunan
untuk beli pipa. Setelah itu tinggal dibungkus dan siap kirim. Ahhh….
Hampir selesai ni misi kompetisiku…
Proses terakhir. Sekitar jam 10 aku siap mengirimkan karya. Hanya
satu yang belum siap. Yup, dananya belum siap. Sebelum berangkat aku
laporan dulu kepada yang bersedia menjadi sponshor misi kompetisi ini,
hehe… setelah terjadi sedikit negosiasi akhirnya dana cair sebesar
350.000,-. Aku sebenarnya ingin minta lebih karena takut barangkali
setelah karyanya ditimbang biayanya menjadi membengkak karena ketambahan
pipa. Tapi it’s oke, bismillah sy berangkat ke kantor pos. sampai di
kantor pos, aku langsung menuju bagian pengiriman untuk menyetorkan
paket barang yang aku bawa. Ternyata setelah ditimbang dan disesuaikan
dengan harga pengirimannya, totalnya adalah 368.000,-. Itu artinya
uangku kurang…. Hiks..hiks… Alhamdulillah mbaknya ngerti keadaanku. Aku
bilang “mbak sy akan kembali lagi, barangnya biar disini ya mbak!”
(pintaku agak malu karena yang antri buat kirim paket lumayan banyak
:’>). Tak lama aku telah kembali lagi di kantor pos dan menyelesaikan
urusan pengiriman karya. Sekali lagi aku tanya kapan paketanku bias
dipastikan sampai, mbaknya sekali lagi juga meyakinkan aku bahwa
karyanya akan sampai dalam waktu 3-4 hari. Ahhh….. leganya… aku pun
pulang dengan lega… tapi sebenarnya tidak betul2 lega. Karena rasa
khawatir karya tidak bisa sampai tepat waktu, membuatku sedikit gelisah.
Kini aku hanya berharap ada sebuah surat yang dialamatkan ke rumah,
yang memberitahukan bahwa karyaku telah sampai. Semoga….
Rabu, tanggal 24 februari 2010. Sore-sore aku ke café hotspot untuk
ngenet. Suasananya sedang kurang membosankan, jadi aku putuskan baca
semua inboxku satu persatu dari yang terbaru sampai terlama. Sampai pada
email ke sekian ada kiriman dari ircica. Tidak ada pengantar atau
sapaan, yang ada hanya attachment berupa pdf yang diberi judul
“register”. Setelah berhasil didownload dan kubuka. Agak sedikit kaget,
karena kira2 isinya mengabarkan bahwa entri (karya) yang aku kirim telah
sampai di secretariat. Masih tidak yakin, terjemahkan dengan detail
setiap kalimat yang tertulis dalam file pdf tersebut di google
translator. Subhanallah… terobati sudah kegelisahanku beberapa hari ini.
Alhamdulillah… kini targetku hanya agar karya yang telah aku kirim bisa
dinilai (tidak diskualifikasi), itu saja sudah cukup. Tidak terlalu
bermimpi mendapat nominasi bahkan juara, mengingat kurang maksimalnya
karya yang aku kirim. Dan yang paling penting, aku bisa mendapatkan
catalog dari hasil musabaqah ini. Alhamdulillah… terimakasih ya Allah…
terimakasih abah & ibu, terimakasih kakak2 dan keponakanku.
Terimakasih banyak ustadz belaid hamidi, dan mas nur serta kawan2
kaligrafiku… ^_~
(curhat cap lebayyyyyyyyy…. )